Kamis, 29 Januari 2009

MEMBANGUN KONTAK MAHASISWA DENGAN KELAS PEKERJA

Oleh : Ninel Olesich dan Victor Privalov

Aktivitas revolusioner mahasiswa Rusia dapat kita mengerti bila kita memahami esensi kelas dari rezim dan pemerintahan Tsar yang reaksioner atas pendidikan tinggi di Rusia.Gelombang pembangkangan dan protes dikalangan mahasiswa Rusia muncul karena beberapa alasan; kondisi yang mencekik dari otokrasi Rusia, perlakuan yang keji atas kaum muda, pengekangan ilmu pengetahuan, diberlakukannya cara-cara ala polisi dan tentara dalam pendidikan, pengingkaran hak-hak politis, dan kemiskinan yang akut dari kebanyakan mahasiswa.

Pendidikan Rusia Pada Awal Abad 20

Industri Rusia berkembang dengan cepat pada akhir abad ke 19 dan melahirkan kebutuhan akan tenaga kerja terdidik. Pertumbuhan ini telah membawa perubahan dalam struktur sosial masyarakat. Kapitalisme semakin membutuhkan kaum terpelajar. Wajah sosial dari kota-kota di kekuasaan Rusia telah ditrans-formasikan, orang-orang yang hidupnya tergantung dari upah bertambah dengan cepat dan komposisi dari intelektual juga mengalami perubahan.

Pertumbuhan ekonomi diserap oleh pertumbuhan kaum intelektual, yang pada masa lalu hanya terbentuk dari lapisan kecil masyarakat saja. Sementara pada awal abad 20 jumlah kaum terpelajar semakin membesar dan menduduki jabatan-jabatan penting di pemerintahan.

Kaum terpelajar terpusat di St.Peterburg dan Moskow. Sekitar separuh dari kaum ilmuwan, pengarang, pelukis, aktor dan para guru adalah pasukan besar dari kaum pelajar Rusia yang murah harganya dan terpusat di dua kota besar tersebut.

Dalam kebijaksanaan ekonominya, Tsar mendorong peningkatan kepentingan kaum pemilik modal dalam lapangan ideologi, khususnya dalam pendidikan tinggi, meskipun pendidikan tinggi tersebut mempunyai cara yang konservatif. Akhirnya, dibawah dampak dari kapitalisme, sistem kasta yang picik dari pendidikan tinggi, yang hanya memberikan kesempatan pada para bangsawan telah didorong untuk memberikan jalan pada semua strata masyarakat.

Pada awal abad ke 20 jumlah kaum terpelajar bertambah dengan cepat. Pada tahun 1903 telah terdapat 85 lembaga pendidikan tinggi di Rusia dengan menampung 42.884 siswa. Kira-kira sepuluh tahun kemudian, pada tahun ajaran 1914/1915 telah berdiri 105 pendidikan tinggi negeri dengan daya tampung 127.400 siswa.

Lingkaran kaum terpelajar diperkuat oleh kaum muda dari bagian terendah di masyarakat, seperti beberapa kelompok petani, kelas menengah kota, para pegawai rendahan dan menengah. Meskipun begitu di dalam dunia kemahasiswaan masih dipenuhi oleh mereka yang berasal dari kelas-kelas tertentu saja. Pada tanggal 1 Januari 1905, anak-anak dari keluarga bangsawan dan pegawai sipil berjumlah sekitar 60.92% dari semua siswa yang terdaftar di Universitas St. Petersburg, salah satu tempat belajar terkenal di Rusia. Pendidikan umum di kalangan kaum terpelajar dari keluarga aristokrat dan tuan tanah besar tidak begitu populer, mereka lebih suka belajar di sekolah khusus yang diperuntukkan bagi kaum bangsawan.

Kebanyakan dari kaum terpelajar adalah anak-anak pegawai sipil rendahan, bangsawan kecil atau bangsawan yang hanya memiliki gelar belaka. Dalam kelom-pok sosial tersebut banyak terdapat orang-orang yang selalu bekerja keras sepanjang hari dengan hidup yang senin-kemis. Mereka itulah yang biasanya mendukung sentimen-sentimen revolusioner di universitas. Kebanyakan siswa yang ditangkap dalam aktivitas revolusioner pada tahun 902; 3,7% adalah anak para pegawai sipil, 12,8% dari kalangan pedagang, 15,7% dari kaum tani, dan 32,4% dari kaum bangsawan.

Meskipun, pada masa lalu, kaum terpelajar yang berasal dari keluarga bangsawan dan pegawai sipil merupakan mayoritas dalam lingkungan mahasiswa, tetapi pada saat itu (pada akhir abad 19) kaum terpelajar dari golongan bukan bangsawan sudah mulai menjadi bagian penting. Mereka datang dari keluarga bangsawan yang telah hancur, kaum pegawai sipil rendahan, borjuis kecil, pegawai desa dan kaum tani. Kaum tepelajar dari lingkaran ini merupakan penghubung kepada massa rakyat bagaikan "ribuan dan jutaan benang-benang.[1]

Kaum terpelajar di Rusia hidup dalam keadaan yang amat memelas. Kehidupan seorang mahasiswa di Rusia tak ada bedanya dengan orang-orang malang dari kaum miskin kota.

Pada tahun ajaran 1899/1900, 53,2% dari mahasiswa di Universitas Moskow nyaris tidak dapat melanjutkan kuliahnya. Pada tahun 1901 jumlah siswa yang sangat membutuhkan bantuan keuangan melonjak di Universitas Moskow; 62,27% di Jurusan Filologi, 50,21% di Jurusan Matematika, dan 60,73 % di Jurusan Kedokteran. Jumlah siswa yang butuh bantuan keuangan sangat melonjak di kedokteran hewan, institut pertanian, sekolah guru, dan sekolah asisten dokter.[2]

Data statistik memperlihatkan bahwa akses untuk pendidikan dan fakultas bagi pendidikan spesialis diciptakan secara massal (untuk memenuhi tenaga kerja murah) dan murah bagi kaum muda dari strata rendah. Cara-cara seperti ini dipraktekan pada Jurusan Filologi, Kedokteran dan matematika di Universi-tas Moskow. Kebanyakan mereka dilatih pada sekolah guru dan kedokteran yang bermutu rendah.

Georgi Valentinovich Plekhanov mengatakan bahwa mental bekerja dilingkungan mahasiswa adalah barang yang mewah. Ia menulis "Pada musim semi kaum terpelajar akan meninggalkan kota untuk mendapatkan pekerjaan dengan upah yang memadai; pada musim gugur ia akan bergegas-gegas untuk mengikuti kuliah dan kembali untuk menerima pengajaran; dan seringkali mereka lebih suka menolong orangtua atau saudara-saudaranya." Begitulah kehidupan mahasiswa saat itu. Nadezhda Konstatinova Krupskaya, istri dan sahabat setia Lenin, mengingatkan tentang kehidupan Lenin di ST Petersburg pada tahun 1894-1895. "...hidup sebagai seorang mahasiswa yang terkurung dalam kamar kecil, yang terasa sangat sempit juga untuk dirinya sendiri. [3]

Dalam sebuah survey tentang kondisi pemukiman mahasiswa di Moskow, Rech, sebuah surat kabar yang diterbitkan di pusat kota, melaporkan: "Orang-orang pesimis akan berkata, bahwa seluruh dunia ini adalah sebuah penjara, kamar-kamar para mahasiswa adalah seperti sel-sel dalam penjara."

Hanya 3% dari kaum terpelajar di Moscow mempunyai flat. Sisanya harus menyewa ruangan, atau berbagi tempat dengan beberapa teman sekamar.

Pemerintah Tzar secara reguler selalu menaikan uang bayaran sekolah. Cara ini telah membuat terdepaknya para mahasiswa yang tidak kaya dari universitas. Dari periode 1887 hingga 1898 uang bayaran meningkat dari 10 rubel menjadi 50 rubel. Pada masa revolusi 1905 uang bayaran telah mencapai 100 rubel per tahun.

Setiap tahun uang dana beasiswa terus dikurangi. Pada tahun 1899 hanya 6,1% siswa di Universitas Kazan menerima beasiswa. Pada tahun 1904 jumlahnya semakin menurun mencapai 4,3%. Seringkali dalam mendistribusikan beasiswa para birokrat pendidikan tinggi lebih menekankan pada loyalitas politik ketimbang kondisi material mahasiswa yang bersangkutan.

Dalam usaha memotong pendidikan tinggi dari lingkaran pro-demokrasi dan penyebaran semangat skolastik yang konservatif, pemerintah Tsar harus menguasai para pengajar untuk berpihak pada mereka. Untuk menyediakan ini semua pemerintah Tsar memberikan para profesor gaji yang relatif tinggi.

Dalam hal kondisi material para profesor jauh lebih mapan ketimbang kaum intelegensia perkotaan lainnya. Dengan bantuan para profesor ini, mesin negara rezim Tsar telah memperkenalkan sebuah sistem pengawasan dan kontrol ala polisi terhadap kaum terpelajar pada pendidikan-pendidikan tinggi.

Dalam sekumpulan arsip terdapat sebuah salinan tulisan tangan dari majalah Zabastovka (Mogok) yang disebarkan oleh kaum terpelajar di Novorossisk. Salinan ini pada tahun 1901 dikirim kepada Iskra[4]. Majalah tersebut memuat sebuah kartun yang memperlihatkan seorang profesor yang sedang membacakan sebuah kuliah pada para mahasiswa, sementara aparat keamanan, bersembunyi dibalik mimbar, dengan gaya sebagai tukang hasut.

Dengan menempatkan universitas dibawah pengawasan polisi, pemerintah Tsar juga mulai mengatur kebebasan akademis dan mengatur para staf pengajar dengan korporasi "administrasi yang mandiri". Menteri sendiri mempunyai hak untuk memindah-mindahkan staf pengajar ke pos-pos yang kosong, membagikan kedudukan dan memberikan gelar ilmiah.

Menjelang awal abad 20 pemerintah memberlakukan berbagai "reformasi" pada pendidikan tinggi dengan tujuan untuk memperkuat bangunan konservatif dalam lingkaran ilmu pengetahuan."Reformasi" ini melarang para mahasiswa untuk mendirikan Dewan Mahasiswa. Para mahasiswa tidak dapat lagi mendirikan organisasi mahasiswa, bahkan yang paling ilmiah sekalipun, dan tidak bisa menerbitkan berbagai publikasi.

Peraturan khusus dibuat untuk menempatkan lembaga pendidikan dibawah "pengawasan khusus". Para polisi, informan, mata-mata, dan provokator memenuhi institut dan universitas. Pengawasan oleh polisi melaporkan "para terdakwa mahasiswa" pada semua lapisan dari kepolisian negara. Sebuah surat dikirimkan oleh seorang mahasiswa pada editor Iskra dengan informatif. Tulisan itu melaporkan tentang perintah dari Sipyagin, Menteri dalam negeri, yang memerintahkan, sembilan orang siswa di Universitas St Petersburg untuk "menjalankan tugas polisi dan pengawasan," dalam universitas.

Menteri Pendidikan mengeluarkan instruksi bahwa setiap sekolah lanjutan harus menyediakan "informasi yang komplit dan rinci" tentang asal mula dari para muridnya (jika mereka bersiap untuk mendaftar di Universitas), asal mula orangtua mereka dan analisa sosial dari lingkungannya. Penanganan khusus diberikan pada para lulusan guru yang berasal dari petani yang mempunyai hak masuk perguruan tinggi. Peraturan universitas melakukan pelarangan ketat untuk memasukan perempuan dalam lembaga pendidikan tinggi. Hal yang sama juga terjadi pada wakil-wakil bangsa non-Rusia, mereka dibatasi secara ketat dengan sistem quota untuk memasuki pendidikan tinggi. Misalnya saja, wakil dari masyarakat pribumi Siberia hanya diberi jatah 0,3-1% dari keseluruhan siswa di universitas dan Institut Tekhnologi di Tomsk.



[1] Coll Works, Vol. 15, hlm 2186

[2] Pada tahun 1896 sampai 1911 jumlah guru sekolah dasar meningkat secara drastis sekitar 70 persen dan dokter melonjak dengan 61 persen.

[3] Lihat Lenin in ST Petersburg. On the Basis of Memoirs of Contemporaries and Documents, Moscow, 1972, Russ (Editor), hlm 252.

[4] Iskra, surat


kabar politik Marxis pertama diterbitkan secara ilegal.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar